SAKIT MAAG SEMBUH DENGAN PUASA


  Puasa Ramadhan adalah salah satu perintah wajib bagi seluruh umat Islam, dimana saat itu setiap umat  Islam diwajibkan untuk menahan makan dan minum dari sejak menjelang matahari terbit sampai matahari terbenam. Untuk Indonesia puasa berlangsung selama sekitar 14 jam. Selama masa itu tidak ada makanan dan minuman yang masuk kedalam sistim pecernaan kita. Bagi penderita sakit maag kegiatan puasa ini dapat memperbaiki atau memperburuk keadaan sakit maag tergantung dari jenis sakit maagnya tersebut.

            Pada saat berpuasa terutama setelah 6-8 jam perut kosong akan terjadi peningkatan asam lambung  yang dapat menyebabkan gejala sakit maag. Keadaan ini biasanya berlangsung hanya pada 1 minggu puasa pertama dan gejala ini bisanya tidak dirasakan lagi pada minggu-minggu berikutnya. Pada orang yang sehat keadaan ini dapat diatasi dengan pilihan makan yang tepat saat berbuka dan sahur serta kegiatan yang tidak menyebabkan terjadinya peningkatan udara di dalam lambung serta peningkatan asam lambung. Sedang pada orang yang memang terdapat kelainan organik, puasa akan memperberat kondisi sakit lambungnya jika tidak diobati dengan tepat. Tetapi jika sakit lambungnya diobati mereka yang mempunyai sakit lambung  tadi dapat melakukan ibadah puasa seperti orang normal umumnya.

Pengertian sakit maag dan bisa atau tidaknya berpuasa

            Berbagai pertanyaan dapat timbul dalam praktek sehari-sehari dari pasien yang mempunyai masalah dengan lambungnya dan ingin melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan. Pertanyaan tersebut antara lain:
  • Apakah orang sakit maag boleh berpuasa?
  • Apakah puasa akan memperberat sakit maagnya?
  • Apakah orang sehat dengan berpuasa akan menjadi sakit maag?
Dispepsia seperti telah dijelaskan di pendahuluan adalah rasa nyaman atau sakit disekitar ulu hati disertai keluhan lain antara lain mual, muntah, kembung, cepat kenyang dan rasa kurang nafsu makan. Gejala ini sering kita dapatkan pada praktek sehari-hari dan pasien mengenalnya sebagai sakit maag. Prevalensi terjadinya sakit maag pada masyarakat Amerika hampir mencapai 26 % sedang di Inggris hampir mencapai 41 %. Pada survei yang kami lakukan di Jakarta tahun 2001 pada 93 sampel kami dapatkan hampir 50 % penderita yang kami survei mengalami dispesia sedang dan berat.
Dispepsia seperti telah disebutkan diatas dikelompokkan menjadi dispepsia fungsional dan dispepsia organik. Data penelitian kami di RSCM pada sekitar 100 pasien dengan keluhan dispepsia  ternyata setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan endoskopi didapat 20 % yang mengalami kelainan organik. Suatu penelitian dengan jumlah pasien yang cukup besar dan melibatkan pusat endoskopi pada beberapa kota di Indonesia juga menunjukkkan bahwa dyspepsia fungsional terdapat pada 86,41 % dari 7092 kasus dyspepsia yang dilakukan endoskopi. Data-data di luar negeri juga mempunyai angka yang tidak terlalu berbeda dengan angka kami.
Pada penderita dengan gangguan dispepsia terutama jika dispepsia sudah berlangsung kronis dan sudah berbagai macam obat diberikan tetapi dengan hasil belum memuaskan perlu dipertimbangkan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan pemeriksaan teropong (endoskopi) saluran cerna bagian atas. Melalui pemeriksaan ini dapat diketahui secara struktur kelainan yang didapat. Selain itu melalui tindakan endoskopi dapat dilakukan tindakan pengambilan sebagian jaringan (biopsi) untuk selanjutnya jaringan biopsi terserbut dilakukan pemeriksaan patologi anatomi.
Pada umumnya penderita sakit maag dapat berpuasa terutama jika sakit maagnya hanya gangguan fungsional. Obat anti asam lambung seperti penghambat reseptor H2 antara lain ranitidine, famotidine, nizatidine dapat diberikan pada saat sahur dan berbuka untuk mengontrol asam lambung selama berpuasa sehingga keluhan yang timbul saat berpuasa terutama saat perut sudah kosong (6-8 jam setalah makan terakhir) dapat dikurangi. Kombinasi antasid dan famotidine dapat diberikan selain untuk menetralkan asam lambung secara langsung juga untuk menekan produksi asam lambung dalam waktu yang lebih panjang. Kombinasi ini dapat diberikan pada pasien dengan gangguan fungsional terutama yang masih mempunyai keluhan.
Sedang pada kelainan organik khususnya pada penderita ulkus  dan cenderung terjadi perdarahan atau kanker lambung yang juga selalu berdarah tidak dapat melaksanakan puasa. Untuk penderita ulkus baik duodenum ataupun gaster  selama pengobatan dapat melaksanakan ibadah puasa. Obat-obat yang ada saat ini khususnya obat anti asam yang cukup kuat antara lain golongan penghambat pompa proton (omeprazole, esomeprazole, lansoprazole, rabeprazole, pantoprazole) dapat diberikan untuk pasien-pasien dengan dengan dyspepsia organic karena ulkus (luka yang dalam) atau peradangan pada kerongkongan.
Penelitian di RSCM yang menginvestigasi dispepsia yang terjadi atau bertambah berat saat pasien melaksanakan puasa, data yang kami dapatkan  menunjukkan bahwa hampir 80 % pasien yang diendoskopi menunjukkan kelainan organik baik berupa refluks esofagus, gastritis erosif dan ulkus duodenum. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pada pasien yang sudah mempunyai sakit maag yang kronis perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terlebih dahulu sebelum melaksanakan ibadah puasa. Apabila ditemukan bisa diobati terlebih dahulu atau melaksanakan puasa dengan tetap minum obat sehingga akibat yang tidak diharapkan tidak terjadi.
Bagaimana dengan sakit maag karena gangguan fungsional saja, biasanya dengan berpuasa keluhan sakit maagnya berkurang dan merasa lebih sehat pada saat berpuasa. Hal ini terjadi karena pada pasien dengan sakit maag karena fungsional keluhan sakit maag yang timbul akibat ketidakteraturan makan, konsumsi makanan camilan seperti makanan yang berlemak, asam dan pedas sepanjang hari, konsumsi minuman bersoda dan minum kopi, merokok dan juga factor stress. Selama berpuasa pasien-pasien ini pasti makannnya lebih teratur karena hanya 2 kali dengan waktu yang lebih kurang sama setiap harinya selama puasa Ramadhan yaitu saat sahur dan berbuka. Selama berpuasa kebiasa makan camilan dan minum soda pasti tidak dilakukan selama pagi siang sore hari karena sedang berpuasa. Umumnya orang yang berpuasa akan lebih banyak bersabar dan mengenadalikan stress. Hal-hal inilah yang menyebabkan pasien dengan gangguan fungsional tersebut dapat berpuasa dengan baik dan keluhan sakit maagnya akan berkurang.
Sedang pasien yang tidak mempunyai masalah dengan lambung sebelumnya tidak perlu takut akan mengalami sakit maag saat berpuasa, bahkan puasa akan membuat pencernaannya lebih sehat. Obat-obatan untuk sakit maag tidak diperlukan untuk pasien yang tidak ada masalah dengan maagnya selama melaksanakan puasa Ramadhan.

Bagaimana dengan makanan dan minuman selama berpuasa ?

            Selama berpuasa asupan makanan dan minuman harus menjadi perhatian terutama pada penderita sakit maag. Kita sebaiknya menghindarkan diri dari makanan yang menyebabkan atau memperberat gejala sakit maag, antara lain :
a.       Kita harus menghindarkan makanan minuman yang banyak mengandung gas dan terlalu banyak serat, antara lain sayuran tertentu (sawi, kol), buah-buahan tertentu (nangka, pisang ambon), makanan berserat tertentu (kedondong, buah yang dikeringkan), minuman yang mengandung gas (seperti minuman bersoda).
b.       Kita harus menghindarkan  makanan yang merangsang pengeluaran asam lambung antara lain : kopi,  minuman beralkohol 5-20%, anggur putih, sari buah sitrus, susu.
c.       Kita harus menghindarkan  makanan yang sulit dicerna yang dapat memperlambat pengosongan lambung. Karena hal ini dapat   menyebabkan peningkatan peregangan di lambung yang akhirnya dapat meningkatkan asam lambung antara lain makanan berlemak, kue tart, coklat dan keju.
d.       Kita harus menghindarkan makanan yang secara langsung merusak dinding lambung yaitu makanan yang mengandung cuka dan pedas, merica dan bumbu yang merangsang.
e.       Makanan yang melemahkan klep kerongkongan bawah sehingga menyebabkan cairan lambung dapat naik ke kerongkongan antara lain alkohol, coklat, makanan tinggi lemak, gorengan.
Selain makanan minuman  diatas ada beberapa sumber karbohidrat yang harus dihindarkan bagi penderita sakit maag antara lain beras ketan, mi, bihun, bulgur, jagung, ubi singkong, tales, serta dodol.
Kegiatan yang meningkatkan gas didalam lambung juga harus dihindarkan antara lain makan permen khususnya permen karet serta merokok.
Secara umum konsep pemberian makanan untuk penderita dengan gangguan lambung adalah sering dan sedikit-sedikit, tetapi hal ini akan sulit pada keadaan puasa, karena kita harus menahan diri untuk tidak makan dan minum selama 14 jam. Oleh karena itu yang terpenting adalah menghindarkan diri dari  makanan dan minuman yang memperberat sakit maagnya. Selain itu sakit maagnya harus segera di evaluasi dan diobati sesuai dengan kelainan yang didapat.

Kesimpulan

            Puasa Ramadhan adalah ibadah wajib bagi umat Islam yang mengaku dirinya beriman. Selama berpuasa memang terjadi perubahan metabolisme didalam tubuh akibat adanya pembatasan makan dan minum tetapi hal ini akan  kembali normal setelah berpuasa. Pengaturan makanan yang baik, menghindari makanan-minuman yang merangsang dan akan mengganggu lambung adalah salah satu langkah tepat untuk mencegah masalah lambung selama berpuasa.
Umumnya setiap pasien dengan dispepsia  dapat melaksanakan ibadah puasa terutama pasien dengan dispepsia fungsional. Sedang pasien dengan dispepsia organik tetap dapat berpuasa tentunya dengan pemberian obat anti asam.
Dr. Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH, MMB, FINASIM
Praktek di RS.Islam Pusat Cempaka Putih Jakarta

Komentar